Sabtu, 02 April 2016

Prioritasi dari Kriteria Sistem Enterprise Resource Planning: Pemusatan pada Industri Konstruksi



Prioritasi dari Kriteria Sistem Enterprise Resource Planning: Pemusatan pada Industri Konstruksi
Mirian Picinini Mexas, Osvaldo Luiz Goncalves Quelhas, Helder Gomes Costa

Abstrak
Banyak organisasi menggunakan sistem manajemen yang terintregrasi, yang lebih dikenal sebagai sistem ERP (Enterprise Resource Planning). Penggunaan sistem ini mendorong diskusi mengenai metode-metode dalam mengevaluasi sistem ini, yang mana melibatkan banyak persepsi dan kriteria evaluasi. Pertama, berdasarkan ulasan literatur mengenai implementasi dan aplikasi dari model multi-kriteria untuk mengevaluasi sistem ERP, seperangkat kriteria dan sub-kriteria seleksi ERP sistem diusulkan dalam penerapan ERP kepada perusahaan-perusahaan dalam industri konstruksi, yang dilatarbelakangi oleh tingginya permintaan dari organisasi konstruksi sipil di Brazil, yang mana hanya mengalami kekurangan akan sistem-sistem ini.  Setelah itu, setelah kriteria-kritesia ini divalidasi oleh sekumpulan spesialis teknologi informasi (IT), 79 responden yang tersebar secara umum pada industri konstruksi dan IT berpartisipasi dalam bidang studi ini dalam memeriksa persepsi mengenai kepentingan dari kriteria-kriteria ini. Studi menunjukkan bahwa kriteria finansial, bisnis dan software adalah yang terpenting bagi responden. Selain itu, tingkat kepentingan dari sub-kriteria dari tiap kelompok kriteria juga ditampilkan untuk membantu para pengambil kebijakan dalam memilih sistem ERP.
Kata kunci : Sistem Informasi, ERP, Industri Konstruksi, Multi-kriteria
1.      Pendahuluan
Berdasarkan Laudon dan Laudon tahun 2007, terdapat suatu kecenderungan khususnya pada organisasi besar, untuk menggunakan aplikasi yang terintegrasi atau sistem, sebagai contoh sistem yang melingkupi seluruh fungsional area, menerapkan proses-proses bisnis pada suatu perusahaan yang mencakup semua level manajemen. Lebih dari itu, aplikasi yang terintegrasi membantu perusahaan untuk menjadi lebih fleksibel dan produktif dengan secara lebih dekat mengkoordinasikan bisnis proses mereka dan mengintegrasi kelompok-kelompok proses, sehingga dapat lebih memusatkan perhatian mereka pada manajemen sumber daya yang lebih efisien dan pada pelayanan konsumen.
Menurut Stair pada tahun 1998, sistem informasi telah muncul tanpa perhatian pada integrasi data, tetapi saat ini telah berkembang sehingga integrasi tersebut telah menjadi bagian dari strategi organisasional.
Dalam konteks ini, terdapat suatu kecenderungan pada perusahaan-perusahaan dalam menggunakan sistem manajemen terintegrasi atau ERP (Enterprise Resource Planning), yang menyebabkan kebutuhan untuk menyeleksi dan mengakuisi dari sistem yang tepat di antara alternative-alternatif yang ada. Untuk menyusun seleksi ini, kriteria yang berbeda, beberapa di antara mereka bersifat subjektif, digunakan dalam pertimbangan ini.
Situasi ini terjadi dalam industri produksi yang berbeda, tetapi ini memperburuk dalam konstruksi sipil oleh kompleksitas dari menhubungkan proyek-protek dalam industri ini. Ini merupakan sektor yang sangat heterogen dengan tingkat keberagaman spesialisasi yang sangat besar dan tingkat kesenjangan yang besar pada ukuran perusahaan, yang meningkatkan kompleksitas pada sistem integrasi di antara perusahaan-perusahaan yang berbeda. Sebagai hasil dari kekhasan industri-industri ini kita dapat menyebutkan bahwa rantai produktif dari konstruksi sipil Brazil, berdasarkan riset yang dilaksanakan pada basis data ‘Camara Brasileira da Industria da Construcao” (CBIC, 2010). Riset ini terdiri dari pembangunan (Building Heav - Construction) yang memperkerjakan pesentase tertinggi dalam rantai produktif sebanyak 65%; diikuti oleh industri material (15,5%); perdagangan material bangunan (7.7%); pelayanan (6.1%); mesin dan peralatan untuk konstruksi (2.2%); dan penyedia-penyedia lainnya (3.5%).
Dalam literatur tersebut, ada beberapa artikel yang menhelasakan permodelan multi-kriteria untuk sistem seleksi ERP. Meskipun begitu, artikel-artikel ini tersebar di antara sumber publikasi yang berbeda. Lebih dari itu, menurut Chung (2007), meskipun penggunaan sistem ERP meningkat dan semakin popular, sistem ini tetap tidak familiar bagi industri konstruksi. Oleh karena itu, riset ini berkontribusi untuk menjelaskan pengetahuan akan sistem seleksi ERP untuk industri sipil konstruksi dan secara signifikan dapat membantu manajer dari perusahaan-perusahaan ini untuk mengambil keputusan saat mereka memilih sistem ERP.
1.1  Sasaran
Studi ini bertujuan untuk memeriksa persepsi para ahli tekait kepentingan dari kriteria dan sub-kriteria dalam menyeleksi ERP pada industri konstruksi.

1.2  Rangkuman dari metodologi
Untuk mencapai tujuan ini, kuesioner dibuat dari kriteria yang diusulkan berdasarkan literatur mengenai model multi-kriteria untuk pemilihan sistem ERP. Data yang dikumpulkan dalam survei dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan digambarkan secara grafis.
1.3  Struktur artikel
Selain bagian pendahuluan ini, artikel ini terdiri dari bagian-bagian berikut: Bagian 2, yang menjelaskan konsep sistem manajemen terintegrasi (ERP); Bagian 3, yang menyajikan metodologi yang diterapkan dalam studi ini; Bagian 4, yang berisi daftar intisari dari literatur; Bagian 5, yang mengusulkan seperangkat kriteria untuk pemilihan sistem ERP, yang diwakili oleh pohon kriteria dan sub-kriteria dan sebuah tabel yang dilengkapi dengan deskripsi mendetil dari setiap sub kriteria di tingkat hirarki terendah; Bagian 6 mengidentifikasi kepentingan-kepentingan dari kriteria dan sub-kriteria yang diusulkan melalui survei dengan 79 responden; Analisis dari 79 responden dan subset dari 32 responden yang menerapkan sistem ERP atau interface ERP dibuat, dan analisis yang membandingkan hasil dari kedua kelompok ini dilaksanakan; dan yang terakhir, Bagian 7 menyajikan kesimpulan dari studi ini.
2.      Konsep-konsep dalam Sistem ERP
Menurut Choudhury (2009), sistem ERP adalah sebuah paket perangkat lunak bisnis yang mengintegrasikan rangkaian aplikasi perangkat lunak modular untuk memenuhi semua fungsi dari sebuah perusahaan. Vlachopoulou dan Manthou (2006) mengamati bahwa integrasi adalah masalah yang menantang yang telah dihadapi oleh perindustrian selama bertahun-tahun. Penulis mendefinisikan ERP sebagai sistem yang luas pada perusahaan yang mengotomatisasi semua proses bisnis dan menggantikan sistem terdahulu, mengintegrasikan semua departemen dan fungsi suatu perusahaan ke dalam satu sistem yang berjalan pada basis data yang umum. Dengan demikian, berbagai departemen dapat lebih mudah berbagi informasi dan berkomunikasi dengan satu sama lain.
Menurut Goh (2006), sistem ERP berada di jantung dari fungsi bisnis perusahaan, dan dengan demikian, memahami sistem ERP menjadi sangat penting. ERP dapat membantu dalam tiga kapasitas utama dalam organisasi yakni operasional, taktis dan strategis.
Menurut Shi dan Halpin (2003), sistem ERP menyediakan lingkungan kerja yang umum bagi perusahaan untuk mengintegrasikan fungsi inti dari manajemen bisnis ke dalam basis data yang umum. Dengan demikian, informasi dapat dibagi dan komunikasi yang efisien dapat dicapai antara bidang manajemen yang berbeda.
Ada dua jenis sistem ERP yang saat ini tersedia: proprietary ERP (P-ERP) dan ERP open source yang gratis (FOS-ERP). Menurut Carvalho dan Campos (2009), ketika perusahaan membeli lisensi ERP dari perusahaan yang mengembangkan dan memiliki perangkat lunak tersebut, hal ini yang disebut dengan P-ERP. Selain itu, menurut penulis ini, dalam beberapa tahun terakhir sistem FOS-ERP telah muncul, yang merupakan sistem perangkat lunak yang dapat secara bebas didistribusikan atau dijual dan memberikan kebebasan  kepada pengguna untuk menjalankan programnya untuk tujuan apapun. Perlu dicatat bahwa, menurut Carvalho dan Johansson (2010), pilihan terbaik untuk FOS-ERP mendatang adalah perangkat lunak sebagai layanan bisnis model (SaaS). Dalam model ini, aplikasi itu sendiri dapat diatur dari jarak jauh dan dirakit pada perangkat keras dari perusahaan pengembang perangkat lunak. Konfigurasi ini bukanlah hal yang baru di bidang ERP.
Penelitian yang dilakukan di sini mempertimbangkan baik P-ERP maupun sistem FOS-ERP.
3.      Metode Riset
Langkah-langkah berikut dilakukan untuk menyusun riset ini:
Langkah 1: Mengulas literatur untuk mensurvey pernyataan yang ada di dalam konteks masalah dan untuk memeriksa referensi teoritis pada topik sebagai dasar untuk pemodelan kriteria yang diusulkan.
Langkah 2: Kompilasi kriteria dan sub-kriteria yang telah disurvei melalui artikel yang ditemukan selama mengulas literatur yang menggambarkan pilihan sistem ERP menggunakan metode multi kriteria AHP atau metodologi fuzzy. Daftar kriteria dan sub-kriteria ini dikelompokkan menurut kesamaannya.

Langkah 3: Pohon kriteria dari ulasan literatur diuraikan, dan seperangkat sub-kriteria yang diusulkan dikelompokkan berdasarkan lima kriteria (financial, bisnis, perangkat lunak (software), teknologi dan vendor), bersama dengan penjelasan rinci tentang setiap kriteria.
Langkah 4: Seperangkat kriteria dan sub-kriteria divalidasi oleh para ahli teknologi informasi (IT) (''focus group”) dengan pengalaman yang beragam dalam pemilihan sistem manajemen informasi. Wawancara individu dilaksanakan, struktur kriteria dan sub-kriteria yang diusulkan dikirim melalui surel, dan konsensus di antara para ahli telah disepakati.
Langkah 5: Seperangkat kriteria dan sub-kriteria akhir diuraikan setelah divalidasi melalui focus group.
Langkah 6: Kuesioner telah disiapkan dan dikumpulkan melalui encuestafacil.com untuk kelompok yang berbeda (IT, industri konstruksi, pendidikan dan lain-lain). Kuesioner diuji dan divalidasi oleh spesialis yang berpengalaman dalam pemilihan sistem ERP ERP sebelum dipindahkan, untuk memastikan bahwa hasil penelitian yang tepat telah dicapai.
Langkah 7: Hasil kuesioner dari dua sampel data (sekelompok berisi 79 responden) dan subset dari 32 responden yang menerapkan sistem ERP atau interface yang disajikan. Data yang dikumpulkan disajikan menggunakan statistik deskriptif dan analisis grafis komparatif.

4.      Rangkuman Ulasan Literatur: Kriteria dan Sub-kriteria yang Digunakan dalam Pemilihan Sistem ERP
Pertama, untuk pengembangan riset ini, pencarian literatur dilakukan untuk mengidentifikasi dan memilih model multi-kriteria untuk pemilihan sistem ERP. Pencarian ini dilakukan dengan menggunakan Federal  Agency  for  the  Support  and  Evaluation  of  Graduate. Kata kunci yang awalnya digunakan dalam pengembang riset ini adalah '' kriteria pemilihan perangkat lunak,'' '' evaluasi perangkat lunak'', dan '' evaluasi sistem perangkat lunak.'' Kami menemukan artikel 16 yang menggunakan multi kriteria untuk pemilihan sistem ERP, yang delapan menggunakan metode AHP dan delapan menggunakan metodologi fuzzy. Kriteria dan sub-kriteria dari 16 artikel yang telah disurvei disusun dan dipisahkan ke dalam lima table yang dikelompokkan berdasaarkan kriteria: financial (Tabel 1), bisnis (Tabel 2), perangkat lunak (Tabel 3), teknologi (Tabel 4), dan vendor (Tabel 5).
      Dalam tabel ini, artikel-artikel dikodekan dengan A1, A2, A3, A4, A5, A6, A7 dan A8 merujuk pada artikel yang menggunakan AHP, dan artikel yang dikodekan dengan F1, F2, F3, F4, F5, F6, F7, dan F8 merujuk pada artikel yang menggunakan pendekatan fuzzy. Para penulis yang dikutip adalah sebagai berikut: A1 ¼ (Byun dan Suh, 1996); A2 ¼ (Kim dan bulan, 1997); A3 ¼ (Teltumbde, 2000); A4 ¼ (Wei et al, 2005); A5 ¼ (Natalia et al., 2006); A6 ¼ (Ayag dan Ozdemir, 2007); A7 ¼ (Lee et al., 2009); A8 ¼ (Yazgan et al., 2009); F1 ¼ (Erol FX dan Ferrell Jr, 2003); F2 ¼ (Wei dan Wang, 2004); F3 ¼ (Lin et al., 2007); F4 ¼ (Buyukozkan dan Ruan, 2008); F5 ¼ (Bueno dan Salmeron, 2008); F6 ¼ (Ghapanchi et al., 2008); F7 ¼ (Sen et al., 2009); F8 ¼ (Sen dan Baracli, 2010).
Tabel 1. Konsolidasi dari Kriteria Finansial dalam Pemilihan ER
Tabel 2. Konsolidasi dari Kriteria Bisnis  dalam Pemilihan ERP
5.      Pengajuan dari seperangkat kriteria untuk pemilihan sistem ERP
Dengan menganalisis tabel 1-5, kami menyiapkan seperangkat kriteria dan sub-kriteria yang diusulkan untuk pemilihan sistem ERP. Sub-kriteria dikelompokkan ke dalam set yang terkait, seperti yang disarankan oleh Costa (2006), kriteria yang berlebihan atau tumpang tindih akan dihilangkan, kriteria yang tidak berhubungan dengan topic permasalahan akan dibuang dan perubahan akan dibuat di semua tingkatan dari struktur kriteria untuk mendukung pemahaman dan akan digunakan oleh para pengambil keputusan dan evaluator. Juga harus dicatat bahwa beberapa fungsionalitas, kehandalan, kegunaan, efisiensi, kemampu-rawatan (maintainability), dan portabilitas dari sub-kriteria akan dimasukkan ke dalam proposal karena kepentingan mereka akan disorot dalam standar ABNT NBR ISO/IEC 9126-1 (ABNT, 2003).
5.1 Pohon kriteria yang diusulkan untuk pemilihan sistem ERP
Gambar 1 menunjukkan pohon yang diusulkan yang terdiri dari lima set kriteria (financial, bisnis, perangkat lunak, teknologi, dan vendor) dan sub-kriteria mereka masing-masing. Informasi rinci mengenai kriteria dan sub-kriteria dan tingkat ketiga dari pohon ini terdiri dari total 45 sukcriteria, yang disediakan dalam bagian ini. Dalam hirarki ini, setiap kriteria bisnis mengacu keselarasan terhadap bisnis.
Tabel 6-10 menunjukkan deskripsi 45 sub-kriteria pada tingkat terendah dari hirarki yang ditunjukkan dalam gambar 1.

6.      Pemetaan Persepsi dari Tingkat Kepentingan Kriteria: Bidang Riset
Kuesioner online diberikan untuk memetakan pentingnya kriteria dan sub-kriteria yang digunakan untuk pemilihan sistem manajemen terintegrasi (ERP) dalam industri konstruksi. Kuesioner terdiri dari 23 pertanyaan. Lima pertanyaan pertama adalah pertanyaan perkenalan mengenai profil profesional dari para responden, dan 18 pertanyaan lainnya menggambarkan bobot dari kriteria dan sub-kriteria yang diusulkan. Untuk 18 pertanyaan sisanya, responden diberitahu bahwa bobot kriteria yang ditetapkan dalam setiap pertanyaan selalu harus sama dengan 100.
Kuesioner telah diuji dan divalidasi oleh spesialis yang berpengalaman dalam pemilihan sistem ERP sebelum dipindahkan. Beberapa revisi dibuat untuk memastikan bahwa kuesioner menjadi lebih mudah dipahami dan komprehensif. Survei dilakukan mulai bulan Februari hingga April 2011, dan analisis dari hasil survey ini dilakukan dari Maret hingga Juni 2011. Secara geografis, perusahaan dan para ahli yang diwawancarai bertempat tinggal di negara bagian Brasil Rio de Janeiro, Sao Paulo dan Minas Gerais.
6.1 Sampel yang disurvey
Kuesioner ini diberikan kepada profesional yang bekerja di IT, konstruksi, pendidikan dan bidang lainnya karena mereka mewakili kelompok orang-orang yang sangat berkontribusi dalam pemilihan sistem ERP pada perusahaan konstruksi.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kuesioner terdiri dari dua bagian: bagian pertama digunakan untuk mengetahui profil profesional responden, dan bagian kedua digunakan dalam memprioritaskan kriteria. Namun, bagian pertama menunjukkan bahwa ada sebuah kelompok dengan kecenderungan yang lebih besar kepada IT. Keberadaan kelompok ini menyebabkan kelompok sampel terbagi ke dalam dua subkelompok. Kelompok pertama terdiri dari 79 responden, dan kelompok kedua hanya terdiri dari 32 responden. Responden dari kelompok kedua dipisahkan dari kelompok pertama karena mereka memiliki afinitas yang lebih besar terhadap topiknya. 32 responden ini telah bekerja pada atau telah terlibat dalam penerapan sistem manajemen terintegrasi (ERP).
            Tabel 3. Konsolidasi dari Kriteria Perangkat Lunak  dalam Pemilihan ERP

Profil profesional responden bobot yang mereka tentukan untuk kriteria dan sub-kriteria disajikan di bawah ini. Tingkat kepentingan relative dari sub-kriteria yang dibobotkan terhadap kelompok kriterianya diibahas, dan hasil dari dua kelompok sampel dibandingkan.
Tabel 4. Konsolidasi dari Kriteria Teknologi  dalam Pemilihan ERP
Tabel 5. Konsolidasi dari Kriteria Vendor  dalam Pemilihan ERP

6.2  Profil profesional dari para responden
Untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai limitasi studi, ringkasan respon atas pertanyaan nomor satu sampai lima disajikan di bawah ini. Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik profil dengan mengukur frekuensi dan partisipasi relatif, yang kemudian dinyatakan sebagai persentase.
Profil profesional dari responden yang dihasilkan menunjukkan bahwa sebagian besar dari 79 dan 32 responden bekerja di organisasi terutama perusahaan IT dan konstruksi, yang diikuti oleh pendidikan dan bidang lainnya. Sehubungan dengan bidang keahlian mereka, sebagian besar responden bekerja di bidang IT, dan sebagian besar telah memiliki lebih dari sepuluh tahun pengalaman kerja. Selain itu, sebagian besar responden menggunakan P-ERP (proprietary ERP) dalam organisasi mereka.
 Sebagian besar 79 responden tidak pernah menerapkan sistem ERP (60%, atau 47 responden). 40% sisa responden, yakni 32 responden dari kelompok sampel kedua, didistribusikan sebagai berikut: 25% (20 responden) telah menerapkan P-ERP, dan 10% (delapan responden) telah menerapkan interface antara P-ERP dan sistem terdahulu; sebagian sisanya telah menerapkan FOS-ERP (Free / Open Source ERP) (4% atau tiga responden) dan interface antara FOS-ERP dan sistem terdahulu (1% atau satu responden).
Gambar 1. Pohon Kriteria dan Sub-kriteria dalam pemilihan sistem ERP

Tabel 6. Kriteria Finansial
Tabel 7. Kriteria Bisnis
6.3 Analisis Komparatif dari dua kriteria pertama berdasarkan tingkat hirarki
Untuk menggambarkan respon dari 18 pertanyaan terakhir,  (pertanyaan nomor 6 sampai 23) dari dua sampel, grafik perbandingan digunakan untuk pertanyaan nomor 6, 7, 11, 17 dan 20, yang mewakili dua kriteria pertama dari struktur yang diusulkan. Untuk pertanyaan lainnya, yang sesuai dengan sub-kriteria pada tingkat hirarki terendah, analisis komparatif disajikan dalam Bagian 6.4. (Tabel 11 dan grafik perbandingan).
Persentase dalam gambar di bawah ini sesuai dengan rata-rata aritmatika dari bobot yang diberikan oleh responden untuk masing-masing kriteria dan sub-kriteria. Grafik di sebelah kiri (a) sesuai dengan kelompok yang berisi 79 responden, dan grafik di sebelah kanan (b) sesuai dengan kelompok yang berisi 32 responden.
Distribusi dari respon yang valid untuk pertanyaan nomor 6 menunjukkan bahwa responden menganggap kriteria keuangan (24%) dan bisnis (23%) menjadi yang paling penting, diikuti oleh kriteria perangkat lunak (21%), teknologi (16%) dan vendor (16%) (Gambar. 2a).
Kelompok dengan 32 responden menganggap kriteria perangkat lunak (23%) menjadi yang paling penting, diikuti oleh kriteria keuangan (22%), bisnis (22%), vendor (18%) dan teknologi (15%) (Gbr. 2b). Hasil ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kelompok kedua lebih terfokus pada kegiatan IT.
Distribusi dari respon yang valid untuk pertanyaan nomor 7, yang berkaitan dengan sub-kriteria keuangan, menunjukkan bahwa biaya total (56%) dianggap lebih penting daripada kondisi kontrak (44%) (Gambar. 3a). Total biaya (60%) juga dianggap lebih penting daripada kondisi kontrak (40%) pada kelompok kedua (Gambar. 3b).
Distribusi dari respon yang valid untuk pertanyaan nomor 11, yang mana merupakan respon terhadap sub-kriteria perangkat lunak, menunjukkan bahwa reliabilitas (23%) dan fungsi (23%) sub-kriteria yang paling penting, diikuti oleh sub-kriteria kegunaan (20%), fleksibilitas (18%) dan waktu (16%) (Gambar. 4a).
Kelompok kedua (berisi 32 responden) menganggap keandalan (26%) menjadi yang paling penting, diikuti oleh fungsi (23%), kegunaan (19%), fleksibilitas (17%) dan waktu (15%) (Gambar. 4b).
Distribusi dari respon yang valid untuk pertanyaan nomor 17, yang mana merupakan respon terhadap sub-kriteria teknologi, menunjukkan bahwa kedua kelompok menganggap sub-kriteria layanan (52%) menjadi lebih penting daripada platform teknologi (48%) (Gambar. 5a, b).
Distribusi dari respon yang valid untuk pertanyaan nomor 20, yang mana merupakan respon terhadap sub-kriteria vendor, menunjukkan bahwa kapasitas teknis (36%) adalah sub-kriteria yang paling penting, diikuti oleh support (35%) dan profil vendor (29%) (Gambar. 6a).
Pada kelompok kedua, kapasitas teknis (36%) dan dukungan (36%) dianggap lebih penting daripada profil vendor (28%) (Gambar. 6b).
Tabel 8. Kriteria Perangkat Lunak
Tabel 9. Kriteria Teknologi
Tabel 10. Kriteria Vendor
6.4  Analisis Komparatif dari Sub-kriteria dengan Tingkat hierarki terendah
Dalam bagian ini, analisis komparatif dilakukan terhadap  rata-rata pembobotan yang ditentukan oleh kedua kelompok sampel (kelompok dengan 79 responden dan 32 responden) dari sub-kriteria dengan tingkat hierarki terendah dari pohon kriteria dan sub-kriteria yang ditampilkan pada table 11.
Untuk lebih memvisualisasikan analisis komparatif ini, lima buah grafik yang dikelompokkan berdasarkan tingkat kriteria dengan hierarki tertinggi dibangun: financial, bisnis, perangkat lunak, teknologi, dan vendor. Grafik-grafik berikut dipisahkan ke dalam seperangkat kriteria melalui garis putus-putus.
Biaya pemeliharaan dan instalasi dianggap sebagai sub-kriteria total biaya yang paling penting oleh kedua sampel, diikuti oleh biaya awal dan biaya pelatihan (Gambar. 7, keuangan). Selain itu, dalam sub-kriteria kondisi kontrak, SLA (service level agreement) dan garansi ditampilkan sebagai sub-kriteria dengan pembobotan rata-rata tertinggi jika dibandingkan dengan penyediaan layanan dan kondisi komersial, yang memiliki bobot serupa.
Tabel 11. Perbandingan Pembobotan Rata-rata antara kelompok 79 responden dan 32 responden
Gambar 2. Kriteria dalam Pemilihan Sistem ERP pada (a) kelompok 79 responden (b) kelompok 32 responden

Gambar 3. Kriteria Finansial pada (a) kelompok 79 responden (b) kelompok 32 responden

Gambar 4. Kriteria Perangkat lunak pada (a) kelompok 79 responden (b) kelompok 32 responden

Gambar 5. Kriteria Teknologi lunak pada (a) kelompok 79 responden (b) kelompok 32 responden
Gambar 6. Kriteria Vendor lunak pada (a) kelompok 79 responden (b) kelompok 32 responden
Gambar 7. Analisis komparatif dari pembobotan rata-rata untuk sub-kriteria finansial pada kedua kelompok
Gambar 8. Analisis komparatif dari pembobotan rata-rata untuk sub-kriteria bisnis pada kedua kelompok
Pada gambar 8 (bisnis), sub-kriteria yang sejalan dengan strategi bisnis memiliki pembobotan tertinggi, diikuti oleh sub-kriteria yang sejalan dengan strategi teknologi, serta perubahan manajemen dan produksi kebijakan, yang memiliki pembobotan rata-rata terendah dalam kedua kelompok.
Dalam sub-kriteria waktu, waktu implementasi dianggap sebagai sub-kriteria yang paling penting oleh kedua sampel jika dibandingkan dengan masa pelatihan dan masa produksi (gambar 9, perangkat lunak). Kesesuaian memiliki pembobotan tertinggi dalam sub-kriteria fungsi, diikuti oleh kepatuhan, kustomisasi, interoperability dan kemampu-rawatan (maintainability). Dalam sub-kriteria kegunaan, kemudahan dalam penggunaan dan efisiensi memiliki bobot yang lebih tinggi daripada creation of user applications. Skalabilitas memiliki pembobotan rata-rata yang sedikit lebih tinggi di antara sub-kriteria fleksiilitas daripada in-house development atau portabilitas, dan dalam sub-kriteria kehandalan, keamanan memiliki bobot yang lebih tinggi daripada recoverability, kedewasaan dan fault tolerance.
Sehubungan dengan sub-kriteria platform teknis, kedua kelompok menganggap platform independen menjadi lebih penting daripada kecukupan akan teknis arsitektur dan bahasa, dan pengembangan alat-alat (gambar 10, teknologi). Adapun pada sub-kriteria layanan, layanan internet memiliki bobot lebih tinggi daripada layanan pengguna dan dokumentasi teknis.
Sehubungan dengan sub-kriteria profil vendor (gambar 11, vendor), referensi dianggap menjadi hal yang paling penting, diikuti oleh kekuatan finansial, keberlanjutan (sustainability) dan tanggung jawab sosial. Pada sub-kriteria kapasitas teknis, vendor yang berpengalaman memiliki pembobotan yang lebih tinggi daripada ketersediaan sumber daya atau teknologi R&D (penelitian dan pengembangan). Adapun pada sub-kriteria dukungan, layanan dukungan (support service) ini mirip dengan waktu layanan, yang diikuti oleh hubungan antara pelanggan dan pemasok.
Analisis komparatif yang diuraikan dalam bagian ini menunjukkan bahwa kelompok kedua, yang terdiri dari 32 responden, memiliki hasil yang sama kelompok dengan 79 responden. Hasil ini menunjukkan kesamaan tanggapan, bahkan dalam kelompok yang belum menerapkan sistem ERP, yang berkontribusi sebanyak dengan 60% dari jumlah sampel pertama (47 responden).
Gambar 9. Analisis komparatif dari pembobotan rata-rata untuk sub-kriteria perangkat lunak pada kedua kelompok
Gambar 10. Analisis komparatif dari pembobotan rata-rata untuk sub-kriteria teknologi pada kedua kelompok
Gambar 11. Analisis komparatif dari pembobotan rata-rata untuk sub-kriteria vendor pada kedua kelompok
7        Kesimpulan
Ulasan literatur awal memeriksa kerangka kerja secara teoritis, yang berfungsi sebagai dasar dari pemodelan kriteria dan sub-kriteria yang diusulkan serta untuk mendukung pemilihan sistem ERP pada perusahaan-perusahaan yang berkecimpung dalam industri konstruksi. Lima kriteria utama (financial, bisnis, perangkat lunak, teknologi dan vendor) dan 45 sub-kriteria di tingkat hierarki terendah teridentifikasi. Ahli dari ilmu yang terkait ikut memvalidasi struktur ini.
Pemetaan dari persepsi para ahli akan pentingnya kriteria dan sub-kriteria dalam pemilihan sistem ERP dilakukan melalui riset dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada 79 responden. Dua sampel dianalisis: sampel pertama terdiri atas 79 responden, dan sampel kedua yang merupakan subgroup dari sampel pertama, terdiri atas 32 responden yang bekerja atau telah terlibat dengan sistem manajemen terintegrasi (ERP).
Kuesioner dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama digunakan untuk menggali profil profesional dari responden yang bersangkutan, dan bagian kedua digunakan dalam memprioritaskan kriteria. Analisis dari profil profesional responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden dari sampel kedua bekerja dalam organisasi IT dan konstruksi, yang mana mereka berfokus pada bidang IT dan telah memiliki pengalaman kerja lebih dari sepuluh tahun. Selain itu, sebagian besar responden menggunakan sistem P-ERP (ERP proprietary) dalam organisasi mereka. Sebagian besar dari kelompok pertama (dengan 79 responden)  (yakni sebanyak 60%) tidak pernah menerapkan sistem tersebut.
Pembobotan dari kriteria pada tingkat hierarki yang tertinggi menunjukkan bahwa kelompok dengan 79 responden menganggap bahwa kriteria finansial (24%) dan kriteria bisnis (23%) menjadi yang paling penting, diikuti oleh perangkat lunak (21%), teknologi (16%) dan kriteria vendor (16%). Sebaliknya, kelompok dengan 32 responden menganggap bahwa kriteria perangkat lunak (23%) merupakan yang paling penting, diikuti oleh finansial dan bisnis (keduanya masing-masing 22%), vendor (18%) dan teknologi kriteria (15%). Hasil ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kelompok kedua lebih terfokus pada kegiatan IT.
Pembobotan dari kriteria pada tingkat hierarki yang kedua menghasilkan kesimpulan yang sama dari kedua kelompok sampel. Untuk sub-kriteria finansial, biaya total dianggap lebih penting daripada kondisi kontrak; untuk sub-kriteria perangkat lunak, kehandalan dan fungsionalitas dianggap sebagai hal yang paling penting; untuk sub-kriteria teknologi, sub-kriteria layanan dianggap lebih penting daripada platform teknologi; dan untuk sub-kriteria vendor, kapasitas teknis dianggap sebagai sub-kriteria yang terpenting.
Analisis komparatif dari hasil pembobotan rata-rata dilakukan terhadap kedua kelompok sampel untuk 45 sub-kriteria di tingkat hirarki terendah kurang lebih sama, hal ini menunjukkan kesamaan tanggapan. Kecenderungan ini bahkan diamati di kelompok yang belum pernah menerapkan sistem ERP, yang berpadanan dengan 60% dari kelompok sampel pertama (47 responden). Sub-kriteria berikut dianggap sebagai yang paling penting: biaya pemeliharaan, biaya pelaksanaan, SLA, garansi, hal yang sejalan dengan strategi bisnis, waktu penerapan, kesesuaian, kemudahan dalam penggunaan, efisiensi, skalabilitas, keamanan, platform independen, layanan internet, referensi, pengalaman vendor, dukungan layanan dan waktu layanan.
Sehubungan dengan kontribusi dalam riset ini, diharapkan bahwa dengan menggunakan struktur yang diusulkan, dilengkapi dengan tingkat kepentingan kriteria-kriteria, manajer dari perusahaan-perusahaan dalam industri konstruksi sipil dapat membuat keputusan yang lebih baik ketika memilih sistem ERP. Selain itu, dengan mengetahui pentingnya perangkat kriteria dan sub-kriteria dapat membantu mereka tidak hanya para pengambil keputusan perusahaan konstruksi sipil tetapi juga vendor perangkat lunak, dengan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya sub-kriteria yang paling relevan dengan pilihan sistem ERP sehingga vendor dapat fokus pada kriteria ini ketika memasaran produk mereka.
Penggunaan dari penilaian ini dalam memprioritaskan kriteria disarankan bagi studi di masa depan, dalam konsultasi dengan para ahli yang akan menggunakan prinsip-prinsip penilaian yang melekat pada Metode AHP dalam menetapkan bobot untuk kriteria dan sub-kriteria, karena metode ini secara luas digunakan untuk pemilihan sistem ERP.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar